Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM)
Hubungan survey lingkungan dengan GSM

By Dra.Hj.Yenni Putri, MM 28 Jun 2021, 13:42:28 WIB Pendidikan
Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM)

Gambar : Balai Baca SMAN 5 Padang


GERAKAN SEKOLAH MENYENANGKAN

Orangtua akan menyekolahkan anaknya melihat pada wajah sekolah, wajah sekolah dapat dilihat dari penampilan, pelayanan, pretasi ( 3 P ). Salah satu mewujudkan 3 P dengan adanya Gerakaan Sekolah Menyenangkan (GSM). GSM dicanangkan oleh Muhammad Nur Rizal, Ph.d dan Novi Poespita Candra.

APA ITU GERAKAN SEKOLAH MENYENANGKAN

Gerakan Sekolah Menyenangkan merupakan gerakan akar rumput yang mempromosikan dan membangun kesadaran guru, kepala sekolah, orang tua, dan pemangku kebijakan pendidikan untuk membangun ekosistem sekolah sebagai tempat yang menyenangkan untuk belajar ilmu pengetahuan dan keterampilan hidup agar anak-anak menjadi pembelajar yang adaptif, mandiri, tangkas, dan cepat menghadapi perubahan dunia yang sangat cepat dan tak menentu.

MANFAAT GERAKAN SEKOLAH MENYENANGKAN

  1. DAPAT MEMBERIKAN PERUBAHAN POLA PIKIR WARGA SEKOLAH

Dalam mendorong transformasi dunia pendidikan Indonesia, GSM berangkat dari Perubahan pola pikir pendidikan menuju paradigma Revolusi Industri 4.0. Titik awal ini meliputi perubahan pola pikir guru, kepala sekolah, orang tua, dan pemangku kebijakan untuk membangun ekosistem pendidikan yang positif dan berfokus pada pengembangan karakter siswa. Dengan demikian, siswa akan menginternalisasi nilai-nilai kemanusiaan sebagai bekal menghadapi masa depan di era Revolusi Industri 4.0.

  1. MEMBERIKAN PERUBAHAN PADA LINGKUNGAN SEKOLAH

Perubahan ekosistem sekolah, baik lingkungan fisik maupun sosial, merupakan aspek fundamental yang akan berdampak pada motivasi belajar dan perilaku siswa. Keterlibatan siswa, guru, orang tua, dan seluruh warga sekolah menjadi awal kolaborasi yang harmonis untuk memulai perubahan. Nilai karater gotong royong perlu diterapkan untk menumbuhkan ekosistim perubahan Lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah identic dengan penampilan sekolah, mulai dari Gerbang masuk, Gedung sekolah, dan sarana prasarana lainnya, termasuk kebersihan, keamanan, keasrian, penataan sekolah. Penampilan sekolah mencerminkan wajah sekolah. Lingkungan belajar merupakan salah satu satu indicator dalam survey Lingkungan belajar yang terkait dengan Asesmen Nasional (AN) yang akan dijawab oleh siswa saat ujian Asesmen Nasional (AN).

  1. PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA SISWA

Pembelajaran abad 21 yang selalu bermula dari masalah konkret, lalu dicari solusinya melalui projek, asesmen formatif dan tentunya berpusat pada siswa. Skema ini bertujuan memberikan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan masa depan. Kemerdekaan dalam kegiatan belajar-mengajar harus diberikan pada siswa, Karena tidak lagi terpaku untuk menuntaskan segala tuntutan materi dari kurikulum, tetapi lebih mengedepankan dampak langsung bagi peserta didik. Lebih mengedepankan bagaimana agar apa yang saya berikan benar-benar berguna bagi mereka. Pada awal pembelajaran dimulai tahun pelajaran baru para guru melaksanakan asesmen diagnostik, sehingga dapat mengetahui Kemampuan siswa yang berbeda dan pembelajaran diberikan sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa.

Situasi masa pandemi covid 19 ini. Guru menciptakan pembelajaran menyenangkan selama siswa belajar jarak jauh. Salah satu upaya saya adalah mencoba membuat konten video kreatif sebagai bahan pengajaran melalui kanal youtube. Dalam hal ini, guru berusaha menjadi lebih persuasif demi menarik minat siswa, juga demi memfasilitasi siswa agar lebih mudah memahami materi yang dibahas, bukan tentang membuat konten pembelajaran, namun terkait bagaimana membuat aktivitas belajar yang menyenangkan, relevan dengan kehidupan nyata, dan bermakna, belajar yang menarik, tidak membosankan, dan tidak menakutkan mendorong saya menjadi lebih berani untuk berpikir kreatif. Termasuk untuk tidak lagi terpaku pada pemenuhan administrasi pembelajaran. Tetapi lebih fokus pada dampak positif yang harus diberikan kepada peserta didik.

  1. TERJALIN HUBUNGAN KERJASAMA

Keterlibatan antara sekolah, orang tua, dan masyarakat untuk pendekatan pendidikan yang lebih menyeluruh. Pendekatan ini menciptakan sistem pendidikan secara berkelanjutan yang akan memfasilitasi potensi siswa untuk terus berkembang di era disrupsi.

  1. MENINGKATKAN KARAKTER SISWA

Pendidikan karakter merupakan salah satu hal yang sangat diperhatikan oleh GSM melalui pembelajaran keterampilan sosial-emosional. Paradigma pendidikan ini mengembalikan ruh pendidikan Indonesia agar tidak hanya berfokus pada nilai, tetapi juga pada pengembangan karakter baik dan budi luhur siswa. Pembelajaran tidak hanya tentang menyampaikan materi saja, tetapi kita juga perlu menjadikan mata pelajaran sebagai sarana menumbuhkan karakter-karakter siswa untuk masa depan yang lebih baik.

HUBUNGAN AN DENGAN GSM

Sekolah menyenangkan sangat erat kaitannya dengan Asesmen Nasional (AN), komponen asesmen Nasional terdiri dari Asesmen Kopetensi Minimum (AKM), Survey karakter, dan survey Lingkungan belajar.

Lingkungan belajar terdiri dari 2 kata yaitu lingkungan dan belajar. Lingkungan adalah daerah/Kawasan, Kawasan identik dengan tempat, sedangkan belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Jadi Lingkungan belajar adalah suatu tempat perubahan perilaku melalui Pendidikan formal dan non formal.

Ada lima aspek yang diukur dalam survei lingkungan belajar ini. Lima komponen tersebut adalah :

· Iklim keamanan sekolah (keamanan dan kesejahteraan siswa, sikap dan keyakinan guru, kebijakan dan program sekolah)

· Iklim kebhinekaan sekolah (praktik multikultural di kelas, sikap dan keyakinan guru / kepala sekolah (kepsek), kebijakan dan program sekolah)

· Indeks sosial ekonomi (pendidikan orang tua, profesi orang tua, fasilitas belajar di rumah)

· Kualitas pembelajaran (manajemen kelas, dukungan afektif, aktifasi kognitif)

· Pengembangan guru (refleksi dan perbaikan pembelajaran, dukungan untuk refleksi guru)

Survei Lingkungan Belajar yang mendasar 3 pihak (yaitu sekolah, guru, orangtua) dengan perincian sebagai berikut:

1. Penilaian Kebijakan Sekolah, terkait dengan:

· keamanan lingkungan sekolah

· kualitas program kerja / kurikulum sekolah

· sistem supervisi guru

2. Penilaian Kompetensi Guru, terkait:

· pengelolaan kelas

· pembelajaran kognitif

· pendampingan afektif

3. Penilaian Kondisi Orangtua, terkait:

· tingkat pendidikan terakhir orangtua

· profesi orangtua

· ketersediaan fasilitas belajar di rumah

Gerakan Sekolah menyenangkan menjadikan sekolah-sekolah di Indonesia memiliki lingkungan belajar yang positif, menyenangkan, aman, dan membangkitkan semangat belajar siswa untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan karakter baik anak-anak Indonesia.

 




Write a Facebook Comment

Komentar dari Facebook

Write a comment

Ada 2 Komentar untuk Berita Ini

View all comments

Write a comment